scroll untuk membaca
Nasional

Sejarah di Balik Penetapan 1 Januari Sebagai Tahun Baru, Ternyata ini Alasannya

Jamaluddin Husaini
×

Sejarah di Balik Penetapan 1 Januari Sebagai Tahun Baru, Ternyata ini Alasannya

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Tahun Baru. (ist)

SANDITIMES.COM – Setiap tahun, di seluruh penjuru dunia, ribuan bahkan jutaan orang dengan penuh suka cita merayakan pergantian tahun.

Tetapi, tahu kah Anda, mengapa tanggal 1 Januari selalu menjadi hari yang ditetapkan untuk merayakan Tahun Baru? Apa yang membuatnya menjadi momen yang begitu global?

Awal Mula Tahun Baru: Dari Babilonia hingga Romawi Kuno

Ternyata, perayaan tahun baru sudah ada sejak zaman kuno! Sejarah mencatat bahwa bangsa Babilonia—peradaban yang ada lebih dari 4.000 tahun yang lalu—adalah salah satu yang pertama kali merayakan tahun baru.

Kala itu, perayaan ini bertepatan dengan kedatangan bulan purnama pertama setelah ekuinoks vernal (musim semi), yang jatuh antara bulan Maret dan April.

Namun, kita sering merayakan Tahun Baru pada 1 Januari karena tradisi Romawi Kuno.

Baca Juga:  Hasto Kristiyanto Tampil di Publik, Tegaskan Siap Hadapi Risiko Setelah Jadi Tersangka KPK

Di sinilah cerita dimulai dengan perubahan besar yang dilakukan oleh Raja Numa Pompilius.

Pada masa itu, kalender Romawi mulai dihitung sejak bulan Maret.

Akan tetapi, Raja Numa melakukan perubahan besar dengan memindahkan awal tahun ke bulan Januari.

Kenapa Januari? Karena Januari dipercaya merupakan bulan yang didedikasikan untuk Janus, dewa awal dan perubahan dalam mitologi Romawi.

Janus digambarkan memiliki dua wajah-satu menghadap ke masa lalu dan satu lagi menghadap ke masa depan-sehingga sangat tepat dijadikan simbol awal tahun baru.

Sebelumnya, bulan Maret dianggap sebagai bulan pertama karena dipersembahkan untuk Mars, dewa perang.

Penyempurnaan Kalender: Dari Julian hingga Gregorian

Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun semakin populer setelah Kaisar Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian pada 46 SM.

Baca Juga:  Bupati Bulukumba Apresiasi Kinerja Polisi atas Keberhasilan Operasi Lilin

Julian Caesar melakukan perubahan besar dalam sistem penanggalan dengan berkonsultasi dengan astronom dan ahli matematika terkemuka pada masa itu.

Kalender Julian memperkenalkan konsep tahun dengan 365 hari, dan setiap empat tahun ditambah satu hari kabisat.

Kalender Julian pun semakin diterima secara luas, namun sistem ini masih memiliki beberapa kelemahan-terutama dalam perhitungan tahun kabisat yang sedikit meleset.

Kesalahan perhitungan ini menyebabkan perbedaan antara musim dan tanggal yang semakin besar sepanjang waktu.

Kemudian, pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian yang lebih akurat.

Kalender ini menggantikan sistem Julian dengan memperbaiki perhitungan tahun kabisat.

Kalender Gregorian menjadi standar internasional dan diadopsi oleh negara-negara Katolik seperti Italia, Prancis, dan Spanyol.

Baca Juga:  Ketua Panitia Ajak UMKM Lokal Bulukumba Ambil Bagian Sukseskan Pesta Tahun Baru di Pantai Merpati

Namun, negara-negara Protestan dan Ortodoks seperti Inggris baru mengadopsi kalender ini pada tahun 1752, setelah bertahan dengan tanggal tahun baru yang jatuh pada 25 Maret.

Tahun Baru: Tradisi yang Berbeda di Berbagai Belahan Dunia

Meskipun kalender Gregorian kini digunakan secara global untuk menentukan Tahun Baru pada 1 Januari, beberapa budaya dan agama masih merayakan tahun baru dengan kalender mereka sendiri.

Misalnya, umat Islam merayakan Tahun Baru Hijriyah yang dihitung berdasarkan peredaran bulan, sementara orang Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek berdasarkan kalender lunar.

Dengan berbagai cara dan tradisi, perayaan tahun baru tetap menjadi momen yang menyatukan umat manusia di seluruh dunia, meskipun dengan cara yang berbeda.***